Bulan malam semakin menepi. Sebentar lagi pergi tanpa jejak. Hari ternyata sudah pagi. Kicau burung tampak menemami hati sepi. Angin dingin mengitari seluruh tubuhku. Jari-jariku mengepal kuat menandakan suasana kali ini terasa berbeda. Melihat hiasaan sang pencipta. Sinarnya mulai redup, walaupun begitu terimakasih atas usahamu untuk merayuku. Kamu berhasil bulan.
Bercerita tentang perasaan kepada semesta. Perasaan aku ini aneh, setelah kurasa ternyata aku tak bisa berbohong. Aku tak bisa merasakan hal yang sama. Hal yang membuat pikiran kemana-mana. Hati yang dulu begitu sensitif kini terasa biasa, aku tak bisa membenarkan namanya cinta. Apa ini yang dinamakan 'beku'.
Wahai hati kamu lebih tau mana yang pantas untukmu. Kamu lebih peka akan hal ini. Kamu berteman baik dengan perasaan. Kamu yang paling tau.
Sampan kecil yang aku dayung sendiri sudah begitu jauh berlayar. Aku mulai merasakan lelah. Hati mulai sulit diajak kompromi. Aku tidak tau siapa yang aku tuju, aku linglung.
Yang kurasa hanya bekas rasa yang pernah tinggal, tanpa pernah merasa perasaan yang baru. Mungkin aku masih tetap tinggal buatnya.
Hati ini masih mengiyakan kamu sebagai pemiliknya.
Ratna dyah dwi islamiati | 09-05-15
Maaf, maaf kan aku. Kamu harua tetap memiliki mentari itu, sinar itu, keceriaan itu, kehangatan itu. Jangan biarkan membeku. Jika aku BELUM bisa menjadi mentarimu, jadikanlah dirimu sebagai pelukan untuk hatimu. Aku hanya ingin menjagamu, sampai saatnya nanti. Kuharap kau mengerti akan arti kata BELUM ini. InsyaAllah jika memang kita.:)
BalasHapusIngat, jangan biarkan hatimu membeku, karena akan butuh lebih dr sekedar mentari untuk mencairkannya kembali.