Pikiran mungkin udah enggak dipenuhi jamur cinta. Hatipun juga tak seegois dulu. Tapi tetap mereka belum bisa berjalan selaras nan serasi. Ini mungkin sikap dewasa yang ditunjukkan untuk tetap hidup bersama cinta. Buaian cinta yang kadang membutakan mata tak urung menjadi pelajaran yang memang patut untuk direnungkan. Seiring berjalannya jalan rasa itu tetap kokoh berdiri dengan argumen yang menguatkan, Ya untuk tetap diperjuangkan. Aku tidak akan mengejar dengan begitu capeknya berlarian, sampai akupun lupa untuk mencintai diriku sendiri. Cukup dengan merajut rindu menjadi kata sederhana yang penuh isyarat untuk Tuhanku. Biar rasa ini tersimpan manis, dan harapan kita dipertemukan dengan cara-Nya. Indah dan memang selalu indah.
Berkirim kabar lewat elektronik yang canggih bukan menjadi prioritas utamaku. Hanya doalah cara berkirim kabar yang paling nyaman dan rahasia. Aku selalu sejajarkan namamu diurutan orang-orang yang aku sayang. Biarkan rindu semakin berkembang, berlantun menjadi doa yang syahdu. Jika kamu tahu, aku selalu memelukmu, menenangkanmu, mengusap dengan penuh kasih sayang dalam doa yang memang paling ampuh untuk mengobati rindu yang terbengkalai. Antara sujud dan rukuk mempunyai makna tersendiri, kenapa dan mengapa aku harus melakukan itu. Itu bentuk baktiku terhadap Maha Segalanya. Dia sering menenangkanku ketika rindu sudah memuncak diubun-ubun.
Aku bersyukur atas jarak yang terbentang antara kita. Karena Allah memang masih menginginkanku untuk tetap menyubut nama-Nya dengan pelan. Mengucap nama yang Agung. Dia akan mempertemukan kita dengan cara yang tidak kita sadar. Ketika air mata menetes dengan penuh kebahagiaan. Berbinar menyaksikan senja bersama. Dan tanpa sadar kita menyebut nama Allah bersama. Karena kita menyadari pertemuan yang bukan mustahil bagi Allah. Tetap seperti itu, tetap menjadi pria terbaik. Jangan pernah bosan berkirim kabar lewat doa.
Aku ingin berlayar jauh dengan dayung yang terkayuh. Aku berlayar tidak sendiri. Aku bersama Sang Pemilik nafasku. Akupun berlayar tetap membawa namamu. Namamu tetap ikut serta dalam pelayaranku yang penuh arti. Tujuan telah terhampar nyata. Terus mendayung menuju pulau harapan. Berharap pada Tuhan untuk dipertemukan. Kembali merangkai mimpi bersama karena-Nya. Tetap harus mengikut sertakan Tuhanku untuk masalah ini. Dan akhirnya aku ingin kamu menjadi nakhoda untuk kapal kita, aku penjadi partner hidup yang setia mendampingimu kemana saja. Kita sama-sama berjuang. Mendayung perahu menuju impian—impian kita. Semoga Allah mengizinkan untuk sebuah alasan pasti bahwa memang mimpi itu tidak mustahil.
Aku percaya takdir Allah untuk ini selalu indah. Tinggal kita yang memantaskan menunggu dijodohkan. Selamat berjuang dijalan Allah. Tetap berkirim kabar lewat doa. Jika kamu sedang membaca. Inget pesan aku...
" Dirimu memang tahu kalau aku sayang kamu. Tapi diriku juga berhak tahu kalau Allah memang menjadi Prioritas utamaku." kamu cukup dewasa perihal ini.
Terimakasih untuk waktu yang tidak akan pernah terulang lagi :)
Ratna dyah dwi islamiati| 28-06-15
Amiiiinnnn.
BalasHapusKarena setiap diam tersimpan kekuatan. Semoga kamu selalu dijaga oleh-Nya. :)
BalasHapus